artikel


Musik..."Nek MUni aSIK"

September 1, 2013
Oleh Gatot Danar Sulistiyanto



Nek muni asik
(kalau bunyi...asik).

Ini merupakan sebuah proses sebab-akibat, dimana "bunyi" meupakan penyebab terjadinya reaksi "asyik". Kalau dikembangkan lebih lanjut, bunyi yang bagaimana yang bisa menimbulkan rasa "asyik"?. Tentulah hal ini sangat sosiologis, dan bahkan bisa sangat ilmiah musikologis. Keasyikan orang Padang dalam perihal bunyi beda dengan orang Sumbawa. Orang Jawa mendengarkan perkutut bisa menumbuhkan rasa tentram,sampai-sampai muncul kriteria dan varian kualitas perkutut. Ada perkutut thuthuk 6 (hur k'te kuk kuk kuk kuk kuk kuk) yang tentu saja semakin banyak sangat menentukan harga. Nah, rasa tentram ini yang mengasyikkan. 

varian-varian keasyikan dalam bunyi
Berbagai macam ragam keasyikan dalam hal mendegarkan bunyi, bisa dibeber sebagai berikut;
1. asyik-tentram
2. asyik-menggelitik
3. asyik-mengusik
4. asyik-mencekam/ ngeri
5. asyik-mengharukan
6. asyik-transenden
7. asyik-rumit
8. asyik-imajinatif
dll. (silahkan bisa dikembangkan...!) 

Dan lawan dari segala bentuk keayikan tersebut adalah "ke-jemuan" yang berakibat pada rasa bosan. Jemu dan bosan itu terjadi ketika diri kita gagal "meresap" pada sebuah peristiwa bunyi dalam musik (musik sebagai peristiwa bunyi) karena terhalang oleh munculnya kadar peristiwa yang itu-itu saja. Sekali dilanda bosan, maka sebenarnya anda sedang "terlempar" dari kenyataan rentetan peristiwa tersebut. 

Semakin banyak kita temukan segala macam bentuk keasyikan bunyi, maka kita paling tidak telah nyelengi modal awal apresiasi musik, yang sangat mungkin untuk di investasikan pada bentuk-bentuk berbagai produk musik dari berbagai jaman. Sehingga bathi/ labanya adalah berbagai pengetahuan rasa seni supra-musikal, yang merupakan bahan bakar utama untuk mengolah/ menggarap hidup secara otomatis.

Bila hidup mu ter-olah, pohon waktu akan panen raya buah "keindahan", yang bila kau makan, tubuhmu akan penuh kalori "cinta", dan jika kamu berkeringat, Allah SWT mengutus malaikat dan mengusap keringat itu dengan handuk "ilmu".

[Minggiran, 2 September 2013]

 

"Ngawur" terukurnya Gatot Danar | oleh Barata

August 11, 2013

“Ngawur” tapi terukur, demikian Gatot Danar Sulistiyanto menyebut proses berkaryanya. Musikolog Eris Setiawan menjelaskannya sebagai kombinasi intuisi dan logika. Aspek intuisi adalah “kengawuran” dimana keasyikan dan kebebasan akan terjadi. ‘Terukur’ adalah pembatasan dari “kengawuran”. Kombinasi ini untuk menekan arogansi logika dan arogansi intuisi. Gatot, kata Eris, tidak pernah menggunakan teknik-teknik komposisi yang ketat, meski ia memahami teori-teorinya.

Salah satu kar...


Continue reading...
 

Membumikan musik yang hampir digagalkan | oleh Roy Taniago

August 11, 2013

Gatot Sulistiyanto, komponis muda asal Magelang yang menempuh studinya di ISI Yogyakarta adalah sosok yang menjanjikan. Karyanya, Kitab Batu, adalah suatu karya yang kuat, baik secara gagasan, ekspresi, struktur, maupun orkestrasi. Secara gagasan, Gatot mengambil materi lokal dengan bubuhan semangat aufklarung, yakni dengan berdasarkan pada bentuk dan ekspresi Mantra Tulak Bala dan Kidung Joyoboyo.

Lewat karyanya ini, Gatot seperti hendak mengatakan sesuatu mengenai ekspresi-ekspresi tradision...


Continue reading...
 

G a t o t M e s s e n g e r !

August 11, 2013
oleh Erie Setiawan 
[Tulisan ini telah diterbitkan dalam buku program konser Nawangsari | pagelaran peraih Hibah Seni Kelola kategori Karya Inovatif - 17 & 21 September 2012.]

Yang saya cukup paham, Gatot adalah orang yang tekun ngangsu kawruh, sinau, belajar mencari ilmu, ke manapun,tentang apa saja, terutama musik—Dan ia terampil sekali memilih élmu yang paling ia butuhkan demi menunjang karir dan Kehidupannya. Kehidupan (dengan awalan “K” besar) saya maknai secara filosofis sebagai ...


Continue reading...
 

Sampah itu namanya Musik

August 11, 2013


Continue reading...
 
 

Make a free website with Yola